Setiap orang pasti punya mimpi kan? Entah mimpi itu kecil atau besar, sepele atau mampu mengubah dunia. Banyak orang memandang mimpi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, mari kita buat simple sudut pandang itu menjadi 3 bagian. Ada orang yang akan membangun mimpinya dengan sekuat tenaga, mengusahan dengan sangat keras, tidak akan membiarkan mimpi kecewa, jatuh, bangun tak pernah jadi masalah. Sebagian yang lain mungkin akan menyimpan mimpinya, ia berusaha, namun tidak pernah se-menggebu orang pertama, andaikan mimpi itu tidak pernah terwujud, ia tidak akan pernah kecewa. Ia menerimanya dan melanjutkan hidup. Sedikit lainnya mungkin akan mengubur mimpinya, berhenti memikirkannya, menyalahkan keterbatasan, kecewa mungkin iya, tapi pada akhirnya merelakan.
Itu hanyalah sebagian besar interpretasi soal mimpi, tapi di luar sana pasti ada begitu banyak keadaan, alasan, keterbatasan, tuntutan, yang menjadikan sebuah mimpi itu patut untuk diperjuangkan dan dikejar, disimpan dan dicoba, atau dikubur dan direlakan.
Mengejar mimpi sampai akhir hayat, samapai liang lahat, siapa yang tak ingin? Mengusahakan dengan sepenuh hati? Tapi menjadi seorang Mabuchi Kou sangat sulit (anime Ao Haru Ride). Kenapa? Ia mengejar mimpinya, dengan sangat keras, belajar dengan sangat tekun, berharap akan hidup dengan layak, dihujani kekayaan materi, dan berharap ibunya akan senang dengan hujan itu. Berkali-kalipun sang ibu berkata membahagiakannya adalah sesederhana makan dan nonton TV berdua, Kou kecil tidak pernah berpikir sesederhana itu. Sampai akhirnya sang ibu pergi untuk selama-lamanya, bahwa waktu yang semakin sedikit kemarin tak pernah ia gunakan untuk menemani sisa hidup ibunya. Penyesalan yang tertinggal.
Manusia harus belajar. Bahwa waktu yang diharapkan panjang tidak akan selalu sesuai harapan. Waktu seolah dipermainkan oleh kematian. Kita tidak pernah tau, sampai kapan kematian bersabar memerikan waktu. Hingga akhirnya tinggal bagaimana cara memanfaatkan waktu yang tersisa.
Mengingat pepatah bahwa kasih orang tua sepanjang masa, ia usahakan, curahkan, baik fisik, mental, materi. Materi, tak akan bisa dihitung. Uang yang keluar hanya untuk sebungkus permen, sampai sebesar harga rumah untuk biaya pendidikan yang tak lagi murah. Kenyataan ini mungkin yang mendasari bahwa materi bisa jadi sedikit membantu kebahagiaan terwujud, setelah keringat dan kerja keras yang telah dicurahkan oleh mereka, sehingga hari tuanya tidak akan susah, dan selalu hidup dengan layak. Untuk mencapai sesuatu yang layak itu butuh waktu, kerja keras, keringat yang mengucur deras. Tapi waktu tidak akan pernah kembali. Waktu meninggalkan apa yang sudah terjadi, dan menatap apa yang terjadi selanjutnya. Waktu tidak pernah berhenti.
Sadar waktu tidak pernah berhenti, di saat waktu sudah menjadi sempit. Ayah, Ibu semakin tua. Semakin rentan terhadap banyak hal. Hingga sadar materi bukan segalanya, waktu adalah primadona. Bisa kembali menebus waktu? Tidak. Bisa minta waktu diputar kembali? Juga tidak. Maka sudah saatnya mimpi itu berhenti. Kenapa? Bahwa ternyata tujuan utam meraih mimpi itu sudah tidak ada. Menyesal? Seumur hidup.
Mimpi memang harus dikejar, tapi tidak harus dengan merelakan waktu terus berputar dan tidak menghiraukan orang-orang yang sebeneranya adalah tujuan utama dari mimpi itu. Ada saatnya mimpi itu berhenti dikejar. Tengoklah ke belakang, bahwa ada orang-orang yang menginginkan waktu lebih dari apapun. Ayah dan Ibu.
Jangan menyesal kelak apabila waktu telah direngut oleh kematian. Ketahuilah bahwa bahagia bisa sesederhana makan dan nonton TV bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar