Pages

Minggu, 27 Agustus 2017

Manusia Purba (Re: Unopen minded person)

Ini adalah pemikiran, yang sebenarnya ada di dalam otak gue sejak bertahun-tahun yang lalu, dan pemikiran ini rasa-rasanya pengen banget gue utarakan langsung kepada setiap orang yang suka menghentikan langkah seorang pemimpi hanya dengan mulut pedas level 100 nya.

Ada yang pernah berpikir bahwa lingkungan 100% akan membentuk diri? Atau ada yang berpikir bahwa lingkungan adalah bagian dari diri? Cermin diri?

Semakin lo bergaul dengan lingkungan yang 'baik', maka sedikit banyak lo akan menjadi baik pula. Sebaliknya, semakin lo bergaul dengan lingkungan yang 'nggak baik', maka sedikit banyak lo akan terkena imbasnya pula. Mungkin teori ini akan dibantah oleh beberapa orang, tapi setidaknya ini adalah apa yang gue lihat dan gue rasakan selama ini.

Kenapa di atas gue sebut orang yang menghentikan langkah seorang pemimpi dengan mulut pedas level 100 nya? Ya, karena mulut adalah pedang, yang tajamnya melebihi pedang, yang kadang hanya dengan perkataan aja, seseorang meninggalkan mimpinya.

Ada banyak contoh yang mungkin akan kita temui berdasarkan apa yang gue omongin di atas. Nggak perlu jauh-jauh, disekitar kita aja. Misalnya nih ya, pernah ngerasa annoying ngga sama temen lo yang suka nyinyir? Bahkan nyinyirin soal yang jelas-jelas itu adalah hal positif. Jadi gini, ada beberapa orang yang suka nge-bully gara-gara lo suka nge-upgrade kemampuan bahasa Inggris. Nah upgrade nya ini dengan cara lo speaking english entah secara langsung, nggak sengaja nyeletuk, atau ketika berada di sosial media. Dan tiba-tiba temen lo bilang "Udahlah nggak usah sok KEMENGGRES" cuma gara-gara lo speak english fluently. Jadi kita dikata-katain sok pake bahasa inggris gitu. Ya Allah, ini benar-benar. Benar-benar banget. Emang salah ya kalo kita berusaha upgrade vocab, atau coversation kita? Ini gue yang kolot apa mereka aja yang mental cupu nggak pengen maju?

Rasa-rasanya gue pengen tuh nyeramahin mereka soal panjang lebar. Ya terserah sih mereka boleh nggak suka sama kita yang emang pengen kemampuan bahasa inggrisnya meningkat, tapi ya jangan bikin orang lain yang pengen upgrade, jadi ciut dong nyalinya gara-gara mulut pedes level 100 itu! Harusnya mereka sadar, semakin kesini tantangan globalisasi itu semakin tinggi. Nggak bisa dipungkiri, kalau kita nggak menguasai bahasa internasional, kita akan semakin menjadi bangsa yang tertinggal. Mana koar-koar kalian yang suka ngomong ingin memajukan Indonesia menjadi negara yang semakin maju. Ayo dong jangan jadi pecundang yang jago berisik, tapi nol aksi. Gimana cara kalian memajukan bangsa kalo ngomong sama dunia luar aja kalian nggak bisa? Bukannya ini lucu?

Jadi bisa dong ya kurang-kuangin nyinyirin orang yang suka ngomong bahasa inggris, mereka bukannya sok mau bergaya.  Tapi ini semua emang sudah jadi kebutuhan. Karena apa? Para pelamar kerja aja sekarang sering diminta sertifikat TOEFL.  Ya mungkin ada yang nggak, tapi ini sebagian besar perusahaan udah menjadikan ini sebagai kemampuan dasar calon pelamar. Jadi jangan lo anggep sepele masalah-masalah kecil ini. Bisa bahasa inggris ini udah jadi salah satu hal penting.
Mari jadi bangsa hebat yang berpikiran maju. Jangan jadi pecundang yang jago berisik, tapi nol aksi.



Senin, 14 Agustus 2017

Generasi Optimis

Setiap orang pasti pernah berada pada suatu titik terbawah dalam hidupnya. Di titik itu orang pasti sudah sedikit putus asa dan menganggap sudah nggak bisa berbuat apa-apa. Nah, sebenernya disini gue mau ngomongin masalah-masalah itu semua, tentu aja dari sudut pandang gue dan apa yang udah pernah gue alami dan rasain ketika berada di titik tersebut. Termasuk gimana rasanya udah pasti dong, gimana lingkungan seolah menyerang kita, dan gimana reaksi orang-orang disekitar kita ngasi impact yang justru malah kita beranggapan bahwa itu semua cuma nambah-nambahin pikiran dan nggak ada faedahnya. Bahkan kita menganggap sedikit aja celotehan bisa berarti nusuk banget, dan bikin kitambah down. Tapi disini yang bakal gue bahas bukan masa-masa sulitnya, tapi poin pentingnya adalah bagaimana kalau ternyata semua itu bisa jadi kritik yang membangun, dan ngebuat kita bisa melaluinya. Kenapa akhirnya gue bisa ngomong kayak gini? Karna ada pepatah yang bilang,
"Semua akan usai pada waktunya"
"Kerja keras tidak akan menghianati hasil"

Gue udah ngebuktiin, kalau ternyata pepatah itu nggak salah. Gue bisa bilang itu 1000000% bener banget. Bahkan sekarang gue rada-rada nyesel karena dengan tololnya dulu gue sempet marah-marah balik sama orang-orang yang suka nanya-nanya masalah gue, entah itu nanya apakah masalah gue uda beres lah, ini lah itu lah, semuanya, yang kini gue sadar kalau itu adalah bukti kalau orang-orang itu peduli sama kita. Ooo bentar, kecuali buat mereka yang cuma sekedar kepo doang, dan setelah itu BYE! Atau mungkin masalah kita bisa jadi bahan gosip dia sama forum lain, oke untuk yang satu ini buang aja ke hutan, dasar badak!