Pages

Minggu, 02 April 2017

Esensi Kejujuran

Awalnya bukan hal ini yang sengaja ingin ditulis. Tapi siang tadi ada banyak hal yang mengganjal, dan rasanya benar-benar ingin dikeluarkan. Dan berhubung yaaa, aku adalah seorang pelupa tingkatan mahir, jadi begitu mendapatkan sesuatu sepertinya memang harus segera dibekukan.
Setelah tadi chatting dengan seseorang yang entahlah awalnya membahas hal yang biasa saja, tiba-tiba merembet ke dalam hal yang mengobrak-abrik isi pikiran. Hal itu membuatku menjadi memikirkan hal, tentang sebuah kejujuran. Sebenarnya makna sesungguhnya tentang jujur itu seperti apa? Apa makna yang dipikirkan oleh setiap orang akan selalu sama? dan pada akhirnya aku memikirkan makna jujur itu sendiri dari sudut pandangku.

Sudut pandangku mungkin agak sedikit berbeda tentang apa itu jujur. Sadar nggak sih sebenernya susah sekali jujur, baik kepada orang lain, atau bahkan jujur pada diri sendiri, itu susah kan? Misalnya saja saat harus jujur pada diri sendiri tentang perasaan kita terhadap orang lain. Iya kan?
Mungkin latar belakang dari tidak jujur terhadap diri sendiri adalah tidak percaya diri, mungkin saja. Atau karena sebenarnya kita terlalu takut untuk mengetahui respon dari seseorang terhadap kejujuran kita. Bahkan hal yang lebih menakutkan adalah ketika ternyata respon itu sendiri tidak sesuai ekspetasi kita. Ya, aku rasa itu adalah alasan yang paling tepat ketika makna jujur itu dilihat dari sudut pandangku sendiri. Entah orang lain nantinya akan seperti apa memaknainya. Yang jelas ekspetasi itu lah yang sepertinya membunuh dan menciutkan nyali untuk jujur. Mungkin di luaran sana ada tipikal orang yang tidak perduli sedikitpun dengan respon dari sesorang ketika dia berusaha untuk jujur. Asalkan dia tidak menyajikan sebuah kebohongan, dia akan merasa lega dan merasa tidak berhutang.

Tapi tunggu dulu, apa hal seperti itu sudah cukup? Menurutku tidak. Karena sebenarnya ekspetasi itu lah yang mendorong kita untuk jujur. Ketika ternyata itu tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, rasa menyesal akan perlahan tumbuh, dan perasaan tidak ingin mengulanginya lagi pun akan semakin kuat. Tapi bukan berati hal ini akan memicu tumbuhnya generasi pembohong. Eh, tapi tunggu. Mungkin hal ini uga bisa menjadi tunas yang tumbuh dan berkembang hingga bisa melahirkan genarasi hoax. Yaa mungkin saja sih. Tapi kalau saja esensi jujur itu sendiri bisa dimaknai lebih, dan mungkin ketika seseorang itu bisa lebih menghargai sebuah kejujuran, mungkin yaaa tidak akan ada lagi sebuah ketakutan untuk jujur. Yaa mungkin saja. Hmm entahlah...